Berdamai dengan Allah, sebagai Bapa yang penyayang. Berdamai dengan diri sendiri. Berdamai dengan keadaan lingkungan. Berdamai dengan hati sendiri.
Maka di situlah kita mampu mengucap syukur dengan kehidupan yang kita jalani. Jalani hidup apa adanya, mensyukuri segala sesuatu yang Tuhan berikan bagi kita.
Sejarah Singkat
SELAYANG PANDANG
Gereja GIDI pertama kali dirintis oleh tiga orang dari Badan Misi UFM dan APCM yaitu Hans Veldhuis, Fred Dawson, Russel Bond. Setelah merintis pos di Senggi termasuk membuka lapangan terbang pertama Senggi (1951-1954), pada tanggal 20 Januari 1955 ketiga misionaris beserta 7 orang pemuda dari Senggi terbang dari Sentani tiba di Lembah Baliem di Hitigima menggunakan pesawat amphibi "Sealander". Kemudian mereka melanjutkan m isi dengan berjalan kaki dari Lembah Baliem ke arah Barat pegunungan Jayawijaya melalui dusun Piramid. Dari Piramid bertolak menyeberangi sungai Baliem dan menyusuri sungai Wodlo dan tiba di Ilugwa. Setelah mereka beristirahat lanjutkan perjalanan ke arah muara sungai Ka'liga (Hablifura) dan akhirnya tiba di danau Archbol pada tanggal 21 Februari 1955.
Di area danau Acrhbold disilah pertama kali mereka mendirikan Camp Injili dan meletakkan dasar teritorial penginjilan dengan dasar visi: "menyaksikan Kasih Kristus Kepada segala Suku Nieuw Guinea", didasarkan pada Kisah Para Rasul 1:8. Dalam tahun itu pula pada tanggal 25 Maret 1955 pesawat jenis JZ-PTB Piper Pacer berhasil mendarat di Danau Archbold. Mereka membuka lapangan terbang di Archbold sambil mengadakan survei pengembangan pelayanan di sekitar Bokondini dan Kelila. Nama danau Archbold diambil dari nama seorang ahli Zoologi dan dermawan yang mensponsori ekspedisi biologis untuk New Guinea di tahun 1907-1976 bernama Richard Archbold.
Pada bulan Maret 1955 Bert Power dan Ross Bertell tiba di Bokondini. Selain misi UFM, Gesswein dan Widbin bersama Misi ABMS lainnya meninggalkan Camp Injili Archbol pada tanggal 28 April dan tiba di Bokondini pada tanggal 1 Mei 1955. Di Bokondini membuka lapangan terbang pertama tanggal 5 Juni 1965 dan Pilot Dave Steiger mendaratkan pesawat pertama kali di Bokondini. Sejak itulah secara resmi membuka Pos UFM dan APCM di Bokondini sebagai basis penginjilan di seluruh pegunungan tengah Papua.
Pada tanggal 5 Juni 1957, pesawat MAF pertama kali mendarat di Swart Valley sekarang disebut Karubaga Wilayah Toli. Lalu, pada bulan Agustus 1958, tiga orang UFM : Ralph Maynard, Bert Power dan Leon Dillinger berjalan kaki dari Karubaga menuju ke daerah Yamo membuka lapangan terbang di Mulia.
Setelah membuka pos-pos penginjilan, sebagai hasil pertama dari Badan Misi UFM dan APCM melakukan pembaptisan pertama berjumah 9 orang di Kelila wilayah Bogo pada tanggal 29 Juli 1962. Inilah cikal bakal jemaat mula-mula dalam sejarah berdirinya Gereja Injili Di I ndonesia. Dan, baptisan yang kedua dilakukan pada tanggal 16 september 1962 di Bokondini dan disusul baptisan ketiga di Kanggime tanggal 27 Januari 1963. Sejak itu, terjadi pembaptisan diman-mana, suatu bukti Tuhan menunjukkan kasih yang besar kepada suku dan kaum bangsa Papua di wilayah besar pegunungan tengah Papua. Inilah awal permulaan dari kongregasional, suatu pertumbuhan orang-orang percaya yang kemudian menjadi sebuah gereja lokal yang otonom, independen dan demokrasi dengan sistem pemerintahan Kongregasional-Presbiaterian.
Pada waktu itu gereja pribumi ini semakin hari semakin bertumbuh dan mengalami kemajuan yang sangat pesat maka para pendiri bekerjasama dengan Tiga Badan Misi APCM, UFM dan RBMU bersepakat untuk mendirikan gereja dengan nama sendiri (terpisah dari gereja-gereja dari luar). Akhirnya p ada tanggal 12 Februari 1963 mereka bersepakat memberi nama gereja ini pertama kali disebut Gereja Injili Irian Barat (GIIB) -1971 dengan pusat gereja di Irian Jaya. Pada tahun 1971 nama gereja GIIB diganti dengan GIIJ (Gereja Injili Irian Jaya) - 1988, sejalan dengan masa peralihan Irian Barat ke wilayah NKRI dimana nama Irian Barat diganti dengan Irian Jaya. Pada tahun 1988 nama gereja ini berubah menjadi Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan gereja dari tanah Papua meramba hingga ke pulau-pulau seluruh Nusantara Indonesia.
STATUS GIDI, ORGANISASI, DATA INSTRUMEN GEREJA
Gereja ini berdiri sejak tanggal 12 Februari 1962. Terdaftar pada : Departemen Agama RI di Jakarta Nomor: E/Ket/385-1745/76. Daftar Ulang: F/Ket/43-642/89. Akta Nomor: 15 Tanggal06 Januari 1989. Bentuk: Otonom dan Gereja Nasional. Masa Berlaku: Tak Terbatas. Sistem Pemeritahan: Presbiterian-Kongregasional.
Gereja GIDI secara keseluruhan terdiri dari 8 Wilayah Pelayanan di seluruh Indonesia. Terdiri atas 61 Klasis, 11 Calon Klasis. Memiliki 2 buah rumah sakit swasta: Klinik Kalvari di Wamena dan rumah sakit Immanuel di Mulia. Pendidikan: sekolah Tingkat Atas: STAKIN, SAID. Perguruan Tinggi: STT GIDI di Sentani. Sekolah Alkitab berbahas daerah (Lokal): 7 buah. TK-PAUD 5 buah, SMP dan SMU sebanyak 9 buah tersebar di seluruh wilayah GIDI.
Selamat hari Minggu dan selamat memperingati HUT GIDI KE_59.
Pemuda GIDI bangkit!