Tampilkan postingan dengan label portal Tunas toli. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label portal Tunas toli. Tampilkan semua postingan

Minggu, 24 Juli 2022

AIR LEBIH MAHAL DAN BERHARGA DARI PADA EMAS

"AIR LEBIH MAHAL DAN BERHARGA DARI PADA EMAS
            ILUSTRASI HIDUP"
___________________________
Foto ini akan membuat kita sadar bahwa AIR LEBIH MAHAL DAN BERHARGA DARI EMAS SEBAB AIR MEMBERI HIDUP sementara emas hanya untuk gaya hidup.

Sebab itu tiap hari JANGAN SIBUK cari jabatan, kekayaan, kesuksesan, penilaian manusia kepadamu tetapi CARILAH KEHIDUPAN yaitu Kerajaan Allah dan kebenarannya.

Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? 

Apakah artinya bila seseorang memiliki jabatan, kekayaaan, dan kesuksesan tanpa ia memiliki kehidupan di dalam Yesus? Semua itu HANYA SAMPAH DUNIA yang tidak dibawa mati bahkan tidak berguna dalam kekekalan.

Kita tidak dapat membeli kehidupan dengan kekayaan, jabatan dan kesuksesan bahkan dengan apapun yang kita miliki.

Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian dan air itu lebih penting dari pada emas.

Tetapi kawan kita, cari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepada kita.

SEBAB HIDUP INI bukan soal kaya atau miskin tetapi soal hidup atau mati, Sorga atau Neraka. Mungkin untuk sementara begitu dulu_

Goresan Anak Jalanan Kaki Abu

Jumat, 25 Maret 2022

dokumen

portal Tunas toliDokumentasi tak ternilai Tahun 1971 
Lokasi :Dusun taheda kini kampung Danau portal Tunas toli
Potret : 1. perintis penginjil lokal ( kiri ke kanan Pdt.Giginiaban Yikwa, Erogo Enembe, Kostan Yikwa, dan  penduduk lokal lainnya). 2. Pesawat PK_NCT milik badan Misi RBMU mendarat diatas permukaan danau danaubira. 3. Kondisi awal  Lapter Danau Bira yang dibuka oleh badan Misi RBMU THN 1971.

portal Tunas toliSetiap peristiwa akan mencacat sejarah, sekalipun waktu telah berlalu namun jasa dan pengabdian tulus untuk merintis penginjilan di bumi danaubira Mamberamo roufaer akan terus dikenang oleh generasi anak-anak rohani GIDI dari masa ke masa. Trima kasih karya dan jasa yang begitu mulia sampai memasuki usia gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang ke 59 Tahun ( 12_02-1963_12_02_2022).

Penginjilan Belum selesai_save GIDI Klasis  awon_2022

Wilayah Toli klasis awon

Kamis, 17 Februari 2022

diskusi HONAI asrama Toli judul hukum dan sistem

HUKUM DAN SISTEM

 PRODUK HUKUM DAN SISTEM ADALAH PEMBUNUH JITU KARAKTER DAN HARAPAN MASA DEPAN BANGSA Papua dan khusus nya KB TOLIKARA

Gambar Penulis di tengah-tengah ratusan Mahasiswa -Mahasiswi, Kota Studi Se-Sulawesi Tahun 2022 saat memberikan Iluminasi dalam rangka diskusi HONAI asrama Toli""di batu kota kleak Manado
Tahun 2022 tempat diKota Manado Sulawesi Utara"


         BAB I
A. PENDAHULUAN 

   Dewasa ini dengan maraknya perkembangan taraf kognitif manusia sangat drastis secara dinamis seiring dengan berjalannya waktu. Tidak terlepas kita juga sebagai makhluk hidup yang istimewa terus saja dikejutkan oleh tantangan demi tantangan. Dari hadirnya serangkaian tantangan itu mengajak kita menyatakan potensi ilahi yang Tuhan pedamkan dibalik aktualisasi diri kita sebagai manusia. Tetapi uniknya, bila tanpa ada tantangan hidup seakan hampa dalam tradisi zona nyaman. Saya tahu benar dan sepakat dengan seperti pendapat piktor kogoyaJseorang pembicara terkenal di bahwa “…..KETAKUTAN menyebabkan tantangan sebagai gunung. Tetapi, IMAN menyebabkan tantangan yang sama sebagai mujur atau kesempatan untuk menyatakan KEMULIAAN ALLAH”. Perspektif teoligis yang sangat empiris. 

   Bahwasannya memang demikian, sebab tanpa sadar hidup dalam zona nyaman tanpa tantangan hidup semata biasa-biasa saja tak terasa. Tetapi sebaliknya, bila dengan hadirnya tantangan menantang kelemahan, kekurangan dan kesulitan kita untuk temukan mozaik hidup yang sesungguhnya. Dari kelemahan kita tahu bagaimana hidup ini membutuhkan iluminasi dan arahan yang merangsang untuk menemukan potensi ilahi yang Tuhan amanahkan dalam diri seseorang. Dari kekurangan kita tahu bagaimana rasanya hidup ini membutuhkan orang lain atau dunia butuh kita bersama. Dan dari kesulitan kita tahu bagaimana cara menjadi licik bagaikan ular, tapi jujur dengan kebugarannya seperti Merpati untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan itu. 

  Saya sebagai anak muda menyadari generasi milenial Papua belakangan hingga modern ini, kita bahwasannya dalam cengkeraman tantangan yang luar biasa, namun tanpa sadar kita menyikapinya dengan perspektif fatal sebagai rutinitas yang biasa-begitu saja. Sangat memprihatinkan karakter anak muda modern amat dilematis. Tanpa sadar kita merasa baik-baik saja dalam tradisi modern ini. Dengan serangkaian latar belakang ini, penulis sebagai anak muda generasi milenial Papua yang hendak mengutarakan pandangan empiris ini untukmu kawan, kerabat, sahabat serta sepaham dan setujuan sebagai tunas-tunas asa bangsa Papua. Khusus nya KB Tolikara Papua ujung timur suara Toli jantung Papua

B. KONSEP PEMBUNUHAN KARAKTER DAN HARAPAN BANGSA 

    Rezim ganti rezim pemerintah colonial Indonesia telah lama duduk menjajah di bumi timur cenderawasih Papua ,sekaligus menjarah dan mengkeruk seluruh lapisan masyarakat hasil sumber daya alam yang menghiasi nusa timur ini. Tentu saja isu ini sangat hangat di dekapan penguasa dan public tanah air yang dewasa ini. Papua adalah wilayah yang dengan estetika alamnya seumpama surga yang menyelam di bumi cendrawasih Papua , Seluruh kompleksitas kekayaan yang sangat heterogen tersimpan di ujung bumi ini. Dalam eksistensi demikian siapa nyangkal bila hasrat materialismenya terus terobsesi dalam dunia hayalan? dalam kondisi ini pemerintah hadir menguasai bumi terkaya ini dengan sewenang-wenang dan segala penyimpangan atas amanah Tuhan terhadap SDA ini. Tamu yang tidak tahu berterima kasih menduduki bumi masyarakat Melanesia ini.

   Maka dari tinjauan pengalaman empirisme itu, untuk meresponi kehausan materialisme ini pemerintah merancang berbagai misi kesejahteraan masyarakat Papua dan memajukan ketertinggalan”. Orang Papua juga tanpa sadar turut terlibat di dalamnya sebagai pencetus Pembunuhan Karakter dan Harapan Bangsa ini dengan kebijakan yang tidak signifikan. Empirisme dari rancangan ini dengan ada beberapa indikator utama menurut observasi penulis sendiri, yaitu; Minimnya penegakan hukum, Sistem Pendidikan yang ambur adul, Disiplin dilematis (Tidak ada pendirian jelas) dan Tradisi Nepotisme terus terpelihara. 

1. Minimnya Penegakan Hukum 

  Bila dampak hukum ditegakan, maka lahirlah
 nilai-nilai 
kebenaran, 
keadilan, 
kejujuran serta keamanan dan ketenteraman bangsa yang didambakan oleh pendiri bangsa dapat terwujud. Tetapi tradisi pembela hukum tergolong sementara pembuat hukumnya terus hukum itu sendiri, maka terjadilah serangkaian peristiwa yang berakibat dalam kehidupan sosial masyarakat. Misalnya pembela kebenaran, penjunjung
 keadilan, pemerhati kejujuran serta peduli keamanan dan perindu atau pemimpin ketenteraman terus saja dijebak, dijerat bahkan dilabelkan dengan berbagai cara, sistem dan dalih. Sehingga yang benar disalahkan, adil dan jujur terus dikhianati, dan sakinah kehidupan terus saja dikacaukan dengan stigma. 

   Bukti konkritnya adalah pejabat atau pemerintah Negara yang melanggar kode etik atau hukum sekalipun tidak diadili secara procedural dan berwibawa sebagaimana semestinya diamanahkan oleh Negara, tetapi justru menjilat dengan menerima suapan atau sokonan dari para pembebal atau pelanggar hukum tadi. Akhirnya institusi penegak hukum menjadi pengemis dengan memperdagangkan amanah hukum untuk memuaskan hasrat dan keserakahan kekayaan material. Sangat kekonyolan karakter leader bangsa ini berakibat mencetus kesan terburuk karakter bangsa.

  Subtansinya ialah: “Kecenderungan Pelanggar Hukum yang paling mayoritas adalah pembuat hukum. Taraf orang Papua itu hukum yang terbanyak juga didominasi oleh pembuat hukum pula. Sementara sasaran visi hukum utama di basis masyarakat awam dengan mengedepankan nilai-nilai variabel yuridis seperti; melindungi, mengayomi, melayani, serta membela dan memelihara, justru mereka adalah korban hukum yang paling tinggi populasinya tanpa memperlihatkan fakta yang jelas dan data yang valid”. 

   Dampak fatalnya adalah mereka yang mustinya mendapat perlindungan yang layak, pengabdian yang benar, pengawasan yang baik, pemeliharaan yang betul dan pemberdayaan yang bermutu namun justru mengalami penderitaan, penyiksaan, penindasan serta pengorbanan dan pemenjaraan yang subur dikonsumsi oleh pembuat hukum. Karakter hukum sangat dilemma. 

   Pada hakekatnya dengan gamblang terlihat bahwa hukum diproduksi untuk memberikan pengabdian yang bermutu, namun justru dikonsumsi untuk membunuh dan memperburuk pertumbuhan kehidupan bangsa itu sendiri. Produk hukum menjadi mesin pembunuh karakter bangsa dan meruntuhkan stablitas nilai dan reputasi Negara di muka dunia. 

2. Sistem Pendidikan

  Penulis sebagai alumni Perguruan Tinggi di muka bumi Nyur Sulawesi Utara Manado,, dengan membidangi kosentrasi Administrasi Publik sangat memprihatinkan dengan sistem pendidikan yang dijalankan oleh bangsa ini. Sistem ganti sistem seiring bergantian justru semakin kelabu visi dan misi edukasi itu sendiri bagi kehidupan bangsa. Misalnya terbaru belakangan ini sistem pendidikan dari SLTP ke K13 bahwasannya tidak ada reformasi nilai dan visi jangka panjang yang signifikan berkontribusi dari rancangan tersebut bagi merekonstruksi bangsa ini. Apalagi bila meninjanu dari perspektif kebudayaan orang Papua di bumi timur Indonesia ini. 

   Pembelajar yang kuat dan berbobot sehingga itu menjadi harapan yang dapat dihandalkan adalah dengan memberikan tantangan yang berskala secara dinamis dalam prosesnya, sehingga dengannya pembelajar akan menyadari letak cela-celanya. Tetapi bila tanpa ada tantangan dalam pendidikan, maka seakan berjalan menyusuri alam semu di dunia ini. Andaikata “penulis berselera makan dengan hidangan tanpa saus atau sambal berikan sesuai” agar tidak ada akibat atau efek samping bagi kestablitas tubuh. Dari perumpamaan ini, kita melihat realitas kehidupan edukasi bangsa ini sangat jelas; bahwa dimana seseorang memiliki berderet-deret gelar sampai pecah-pecah juga tidak berdampak positif memecahkan pelbagi kompleksitas problem yang sedang menerjang kehidupan bangsa ini. Misalnya, anda mau S1, S2 atau S3 sampai bahkan pecahin semuanya saking dampaknya relative biasa-biasa saja tanpa ada reformasi nilai. 

  Dewasa ini pelbagai corak masalah terus saja dihujani di bumi masyarakat sangat dinamis dan memprihatinkan dengan dampak buruknya yang fatal. Kita tinjau kesana dari mana sumber masalah itu mengalir menguyur subur dalam bumi masyarakat tanah air? Bukankah dari para kaum intelektual yang tergolong dengan nama belakangnya bergugus-gugus? Mengapa ini terjadi? Sangat memprihatin dan dilemma karakter pendidikan di bangsa ini. Dampak buruknya dalam pesta demokrasi digelar, nyaris di seluruh daerah kawasan Pegunungan terdengar jeritan permohonan, mintah tolong, serta perlindungan dan keamanan. Pesta ini terus dihujani dengan peperangan antar komplotan atau kubu sana sini. Fakta ini sulit memungkiri goresan lukanya dalam dunia nyata. Dari serentetan peristiwa ini penulis mengobservasi dan menemukan beberapa indicator utama pemicu pertikaian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Arah dari Konsep dan Sistem Pendidikan yang tidak akurat 

  Dalam proses edukasi tidak diberikan tantangan, sehingga belajarnya biasa-biasa saja tanpa ada transformasi keunikan tersendiri. Sehingga arah dan tujuannya pun masih tersamar dalam halusinasi dan berujung pada satu muara yang sama. Manusia Papua bila ditinjau dari perspektif psikologi, tingkat kepekaannya sangat tinggi dengan praktek spontanitasnya. Karena itu, berharap untuk pemangku kebijakan agar arah kebijakan dalam merumuskan pendidikan mustinya juga melibatkan aspek psikologi. 

   Orang Papua itu identik dengan pendidikan yang berbasis praktik. Orang Papua itu identik dengan magnet; melihat, menangkap dan mempraktekkan secara langsung. Tanpa proses serangkaian diktat dan literasi yang simpan siur semata menguras serentetan waktu tanpa diberikan kontribusi yang berdaya guna. Sehingga berujung pada merekonstruksi daerah bukan mendestruksi kehidupan bangsa. Diarahkan belajar dengan metode yang simpan siur, maka berakibat pada persoalan dan masalah. Misalnya banyak orang menjadi SI, S2 dan S3 semua di satu kosentrasi namun tenggelam begitu saja. Tetapi andai saja bila berskala SI saja namun diarahkan untuk focusnya tetap terarah, terukur dan sistemtis, maka berdampak dikontongi dengan buntut keberhasilan dan perubahan yang signifikan. 

b. Kurang melibatkan Talenta 

   Sistem pendidikan di Negara ini tidak dirumuskan secara praktis, terukur dan akurat sehingga banyak terjadi keterbengkalaian dalam menjangkau berbagai aspek kehidupan bangsa. Karena tidak mengakomodir talenta atau karunia sebagai potensi ilahi yang dianugerahkan Allah kepada manusia Papua dan tidak berhasil menyentuh baik, sehingga anak-anak muda Papua umumnya menempuh pendidikan dengan standar belajar biasa-biasa saja atau tradisi lumrah. 

  Lebih menariknya kita dibohongi dengan kecenderungan yang bersimpati dengan pelebaran stiker, iklan dan selebaran media cetak yang dilayangkan oleh pemerintah. Pada hal itu semata untuk menarik perhatian anak muda agar dapat tertarik untuk menempuh pendidikan disana, sementara konten akademiknya masih simpan siur. Karena itu, anak muda generasiku, penulis hendak menyampaikan bahwa jangan sekali-kali gila dengan pelayaran sampulnya, tetapi lihat dan temukan mozaik hidupmu. Angkat dan junjunglah karunia yang Tuhan anugerahkan pada dirimu lalu bertindak melalui panduan karunia, bukan narasi. “Karunia Anda adalah sebayang harapan yang bisa kamu handalkan dengan tekun dalam doa”. Sehingga dengan harapan itu menjadi Bahan Bakar Minyak merangsang akselarasi langkah perjuangan. Dan Doamu menghirupi tiap langkahmu. 

c. Minimnya memberikan Tantangan 

 Kurang memberikan tantangan dalam

Minggu, 13 Februari 2022

wilayah Toli klasis awon

Dokumentasi tak ternilai Tahun 1971 
Lokasi :Dusun taheda kini kampung Danau Bira 
Potret : 1. perintis penginjil lokal ( kiri ke kanan Pdt.Giginiaban Yikwa, Erogo Enembe, Kostan Yikwa, dan  penduduk lokal lainnya). 2. Pesawat PK_NCT milik badan Misi RBMU mendarat diatas permukaan danau danaubira. 3. Kondisi awal  Lapter Danau Bira yang dibuka oleh badan Misi RBMU THN 1971.

Setiap peristiwa akan mencacat sejarah, sekalipun waktu telah berlalu namun jasa dan pengabdian tulus untuk merintis penginjilan di bumi danaubira Mamberamo roufaer akan terus dikenang oleh generasi anak-anak rohani GIDI dari masa ke masa. Trima kasih karya dan jasa yang begitu mulia sampai memasuki usia gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang ke 59 Tahun ( 12_02-1963_12_02_2022).

Penginjilan Belum selesai_save GIDI Klasis awon_2022
Wilayah Toli klasis awon

latarbelakang


Latar Belakang Kabupaten Tolikara

Latar Belakang Kabupaten Tolikara


    Tolikara merupakan salah satu Kabupaten yang berada di antara beberapa Kabupaten yang ada di Pengunungan tengah Papua. Menurut para sejarah,pada awal pengusulan pemekaran Kabupaten Tolikara muncul dengan nama Toli. Namun nama yang sama juga muncul dari daerah lain seperti nama Kabupaten Toli – Toli dimana saat itu telah ditetapkan menjadi salah satu Kabupaten di Sulawesi tengah sehingga para tokoh pejuang pemekaran saat itu juga menambah nama Kara sehingga para tokoh pejuang Kabupaten ketika menyepakati nama Kabupaten awalnya Toli dan ditambah Kara menjadi Tolikara. Nama Tolikara bukan sekedar nama namun sebuah seruan penggabungan daerah hulu hingga ke daerah hilir,daerah mata air hingga daerah muara bermakna menyatuhkan kebersamaan dan persatuan dengan cinta damai mewujudkan kemulihaan Tuhan. Sehingga Kabupaten yang baru dimekarkan dari kabupaten induk Jayawijaya pada tahun 2002 itu ditetapkan dengan nama Kabupaten Tolikara dengan ibu kota Kabupaten di Karubaga.

Sejak Distrik karubaga terbentuk pembanguan di semua sektor tidak mengalami perubahan yang signifikan karena jangkauan rentang kendali pembangunan Kabupaten Jawijaya sangat luas. Kondisi ini membuat semua Distrik rata – rata tertinggal jau dalam berbagai sektor pembangunan. Undang – undan Nomor 21 tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Provinsi Papua akhirnya memberikan peluang dan kesempatan yang besar untuk percepatan pembangunan di wilayah ini. Pada tahun 2002 Tolikara dimekarkan menjadi sebuah Kabupaten dari Kabupaten Induk Jayawijaya.

Pemekaran tersebut berdasarkan undang – undang Nomor. 26 tahun 2002 tentang pembentukan Kabupaten Tolikara, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Kerom, Kabupaten Sorong selatan, Kabupaten Raja ampat, Kabupaten Pengunungan bintan, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven digoel, Kabupaten Mapi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk bintuni, Kabupaten Teluk wondama

Tanggal 07 Juni tahun 2002 menjadi hari bersejarah bagi lahirnya Kabupaten Tolikara. sejak itu berbagai lembanga pemerintahan dibentuk dan berbangai langkah awal pembangunanpun mulai dicanangkan.

 

Sejak terbentuknya Kabupaten Tolikara,hingga sampai saat ini (2020), usianya sudah mencapai  lebih dari 18 tahun dan roda pemerintahan telah di pimpin oleh beberapa tokoh pemerintahan dan tokoh politik,pada kepemimpinan periode ketiga ini 2017 - 2022 sedang dipimpin oleh tokoh pemerintahan anak asli Tolikara yakni Usman Genongga wanimbo,SE,M.Si,dan Wakil Bupati Tolikara Dinus wanimbo,SH,M.H kepemimpinan beberapa tokoh tersebut di uraikan sebangai berikut;


Lapangan pacu pesawat udara Distrik Karubaga Ibukota Kabupaten Tolikara tampak dari  udara,foto diambil dari Pesawat Drown

 

            Bupati Caretaker Pertama adalah Drs. Billy Wilhelmus Jamlean Dilantik Oleh Menteri Dalam Negeri di Jakarta tahun 2002  dengan masa Jabatan dari tahun 2002 sampai dengan 2004 Saat  itu Kabupaten Tolikara dibagi dalam 10 Distrik yang meliputi Distrik Karubaga, Goyage, Wunin, Bokondini Kembu, wina, Umagi, Panaga, Kanggime dan Woniki dengan Luas Wilayah keseluruhan  ±14.560 km2.,

 

Pada tahun 2004 dilantik lagi Bupati Caretaker kedua yaitu Drs. Frans R.Cristantus, MM dengan Masa Pemerintahan 2004 sampai Agustus 2005, karena Bupati Careteker pertama Drs. Billy Wilhelmus Jamlean Maju dalam Pemilihan Bupati kepala Daerah di Kabupaten Kerom

Bupati Definitif pertama hasil Pemilihan Umum kepala Daerah Pada tahun 2005 melalui Pemilihan Bupati  Kepala Daerah secara Langsung oleh rakyat maka terpilihlah Bupati Tolikara DR. (HC ) Jhon Tabo, MBA dan Wakil Bupati Tolikara Pdt. Mitien Towolom, STh, Yang dilantik oleh Gubernur Provinsi Papua yaitu  Barnabas Suebu,SH pada tahun 2005 di Karubaga. Dengan dilantiknya Bupati definitif  dengan masa Pemerintahan dari 2005 sampai dengan 2010, maka roda Pemerintahan telah berjalan dengan baik dengan dimekarkannya sejumlah distrik menjadi 46 Distrik dan pemekaran sejumlah Kampung menjadi 541 Kampung pada tahun 2006

Pada  tahun 2010 dilantik Bupati Careteker lagi oleh Gubernur Provinsi Papua  Barnabas Suebu, SH yaitu Wasinton Turnip, SH. MM  karena akan diadakan  Pemilihan Bupati Definitif ke dua, dengan Tugas utama yaitu:

1. Mempersiapkan Pemilukada

2. Melaksanakan Pemilukada dan Pelantikan Bupati / Wakil 

     Bupati hasil Pemilukada 2012 - 2017

3. menyusun dan mengesahkan APBD 2011

4. Pelaksanaan Pemerintahan dan Pembangunan Lainnya.

 

Berhubung  kesehatan Penjabat Bupati Wasinton Turnip, SH. MM tidak mendukung maka beliau mengundurkan diri dan Gubernur Provinsi Papua selanjutnya menunjuk Pelaksana Tugas ( PLT ) Penjabat Bupati Kabupaten Tolikara yakni Sekda Tolikara Ir. Yusmin Timang untuk melanjutkan roda pemerintahan sampai diangkatnya Drs. Alfons Sesa, MM sebagai Penjabat Bupati dengan mengemban tugas sebagai berikut :

1.   Melanjutkan / Memfasilitasi Persiapan Pemilukada 2012                dan Melaksanakan Pemilukada dan Pelantikan Bupati                   hasil pemilukada 2012

3.   Pelaksanaan Pemerintahan dan Pembangunan.

 

Bupati Definitif kedua hasil Pemilihan Umum kepala Daerah Pada tahun 2012 melalui Pemilihan Bupati  Kepala Daerah secara Langsung oleh rakyat maka terpilihlah Bupati Tolikara Usman Genongga.Wanimbo,SE,M.Si Wakil Bupati Tolikara Amos Yikwa,SP,M.Si Yang dilantik oleh PLT Gubernur Provinsi Papua yaitu  Samsul marif,MM pada 10 Juni tahun 2012 di Karubaga. Dengan dilantiknya Bupati definitif  dengan masa Pemerintahan dari 2012 sampai dengan 2017, makroda Pemerintahan berjalan dengan sukses, dilakukannya perbaikan system pemerintahan, memekarkan beberapa Distrik persiapan baru, serta telah membangun infrastruktur dasar lainnya.

 

Bupati devinitif ketiga hasil pemilihan Bupati secara langsung tahun 2017 terpilih kembali kedua kalinya pasangan Bupati Usman G.wanimbo,SE,M.Si dan Wakil Bupati Dinus wanimbo,SH,M.H. sudah dua tahun lebih memimpin Tolikara dan telah menjalankan roda pemerintahan,melakukan pembangunan disegala bidang terutama dengan mengelontorkan berbangai program unggulan seperti 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) yakni pemberian asupan makanan bergizi kepada ibu hamil dan ibu menyusui. Selain itu pembanggunan sekolah unggulan di beberapa pusat pembangunan,dan juga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat dengan program pengembangan pertanian dan perkebunana kopi,buah merah dan sayur-mayur lainnya dibebera pusat – pusat pertumbuhan ekonomi,dan pembangunan penting lainnya juga diberikan perhatian yang sama.



 

Mengenal Pemerintahan Kabupaten Tolikara


     arti dan warna lambag daerah

 

1.Lambang Daerah Kabupaten Tolikara

Lambang Tolikara Mengandung Arti:

a).    Perisai bersudut lima sebagai dasar Lambang daerah bermakna Pancasila. Hal ini berarti bahwa Pemerintah Daerah berpegang teguh pada Pancasila sebagai Dasar dan falsafah hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b).    Padi sebanyak 17 ( tujuh belas ) butir berwarna kuning emas dan kapas sebanyak 8 (delapan) buah berwarna putih bermakna hari proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Padi dan Kapas juga merupakan simbol Pemenuhan kebutuhan Sandang dan Pangan bagi masyarakat dalam rangka peningkatan tingkat kesejahteraan. Adapun keterikatan melambangkan persatuan dan kesatuan.

c).    Topografi dan Pemandangan alam sebagai gambaran geografi Tolikara yang terdiri dari deretan pegunungan yang hijau dan sejuk di mana daratan dan pegunungan dihiasi dengan dua aliran alur sungai yang jernih

d).    Sebuah Konstruksi Rumah Adat dengan kombinasi dua bentuk atap Honai dan atap pelana berwarna cokelat melukiskan spesifikasi Rumah penduduk asli daerah pegunungan dan masyarakat Tolikara. Kombinasi konstruksi rumah adat mengandung pula arti Alfa dan Omega sebagai simbol kepercayaan masyarakat asli Tolikara.

e).    Busur, tombak dan kapak bersatu membentuk perahu sebagai simbol alat perang dan alat pencarian nafkah masyarakat asli Tolikara sekaligus sebagai simbol alat transportasi guna menunjang kegiatan pembangunan Tolikara ke depan untuk menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera.

f).     Buah Merah sebanyak lima buah melambangkan bahwa komoditas andalan Kabupaten Tolikara adalah buah merah, dan lima buah menunjukkan lima asas yang ada dalam Dasar Negara Kita (Pancasila) juga menjadi dasar pelaksana-an Pembangunan di Kabupaten Tolikara. 

g).    Gerbang Honai adalah pintu masuk pekarangan rumah yang memberikan gambaran “ Mari menuju Hidup Baru”  dengan membuka keterisolasian bahu-membahu bersama siapa saja untuk membangun Kabupaten Tolikara menuju sukses dengan cita-cita masyarakat untuk hidup damai dan berdampingan.

h).    Sehelai pita berwarna kuning dengan tulisan Kabupaten Tolikara berwarna merah melambangkan Kabupaten Tolikara yang sah menurut undang-undang No.26 Tahun 2002 tentang Pemekaran 14 Kabupaten di Provinsi Papua.

 

a.    Warna

a).   Biru, adalah lambang keluasan dan ketenangan yang mengandung arti bahwa Kabupaten Tolikara mempunyai wilayah yang luas menandakan  seluruh aktivitas dalam masyarakat Kabupaten Tolikara berdasarkan pada rasa tenggang rasa, toleransi yang tinggi dan kerukunan hidup yang menyeluruh dalam segala bidang dan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Tolikara kedepan, menjalankan tugas dengan penuh kebijaksanaan yang sejalan dengan aturan yang berlaku.

b).   Kuning, adalah lambang cita-cita kehidupan rakyat dimana Pemerintah Kabupaten Tolikara senantiasa berusaha meningkatkan taraf hidup rakyat yang berbasis Ekonomi Kerakyatan.

c).   Hijau, adalah lambang kesuburan dan kemakmuran, berarti Daerah Kabupaten Tolikara memiliki kekayaan alam dan potensi daerah yang sangat besar.

d).   Putih, adalah lambang kesucian, berarti Pemerintah Daerah dalam menjalankan tugasnya mengutamakan kejujuran dan keadilan sebagai dasar seluruh gerak langkah kehidupan dan perjuangan seluruh komponen.

e).   Hitam, adalah lambang pengabdian, berarti pemerintah daerah dengan kebulatan tekad dan rasa dedikasi yang tinggi serta penuh semangat melaksanakan semua tugas dengan sebaik-baiknya.

f).    Merah, adalah lambang keberanian dan patriotisme dalam menghadapi segala tantangan dan kendala pembangunan.



 

b.    Slogan/ Moto Kabupaten Tolikara

Pada lambang Kabupaten Tolikara terdapat slogan/ moto “ NAWI ARIGI ” yang artinya kecintaan akan tanah kelahiran yang mendalam, membuat kita yang berada di Kabupaten Tolikara merasa memiliki dan ingin berbuat yang terbaik untuk Kabupaten “.



c.    Kebijaksanaan Pembangunan

Sebagaimana kita maklumi bersama bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta tugas dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerah pada dasarnya merupakan pelaksanaan kebijaksanaan yang telah digariskan dalam Rencana Jangka Menengah dan Rencana Jangkah Panjang Daerah (RPJMD dan RPJPD) yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat.

Berpedoman pada Rencana Strategis (Renstra) Kabupaten Tolikara, tahun             2012 – 2017,  maka bidang – bidang prioritas adalah :

1.   Bidang  Ekonomi

2.   Bidang  SDA dan Lingkungan Hidup

3.   Bidang Kesejahtraan, Pendidikan dan Kesehatan

4.   Bidang Agama

 

Dan didukung oleh 4 ( empat ) bidang penunjang :

1.   Bidang Iptek

2.   Bidang Politik, Aparatur Negara, Komunikasi dan Media Massa.

3.   Bidang Hukum

4.   Bidang Ketentraman dan Ketertiban

 

Pendoman Rencara Strategis (Renstra) Kabupaten Tolikara periode 2017 – 2022,maka prioritas Pembangunan terbagai beberapa bidang:

1.    Meningkatkan Infrastruktur Daerah

2.    Mengembangkan Kwalitas Sumberdaya Manusia

3.    Mengembangkan Perekonomian Daerah

4.    Melestarikan Lingkungan hidup Daerah

Supported by DSI Project

Apa yang dimaksud dengan diskusi kelompok serta tujuannya dalam pelaksanaan bimbingan kelompok2. Seperti apa bentuk-bentuk diskusi kelompok

Diskusi Kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1    Latar Belakang Dalam pelaksanaan bimbingan konseling ada beberapa tehnik yang perlu dipahami oleh...